OzAlum Podcast

Eps #19: Seperti Apa Kandidat yang Dicari Beasiswa Australia Awards?

Australia Global Alumni in Indonesia Season 1 Episode 19

Pertanyaan ini menjadi topik utama dalam episode terbaru OzAlum Podcast, di mana kita akan membahasnya bersama dengan bintang tamu, Fendi Liem. Beliau adalah anggota Tim Seleksi (JST) Beasiswa Australia Awards dan peraih Penghargaan Alumni Australia 2017 untuk Inovasi dan Kewirausahaan yang akan membagikan segudang pengalamannya. Bersama pewara Raissa Almira, mereka mengajak kita menelusuri kualitas yang dicari oleh Australia Awards dalam memilih penerima beasiswa.

Fendi akan menjelaskan perannya sebagai anggota JST, yang bertugas mengevaluasi dan mewawancarai kandidat pelamar Beasiswa Australia Awards. Bersama Fendi, kita akan mengungkap berbagai kriteria yang dipertimbangkan oleh JST, mulai dari kualitas kepemimpinan hingga potensi dampak terhadap pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Ikuti obrolan informatif ini yang menjanjikan wawasan berharga bagi para pejuang beasiswa.

Untuk kamu yang bercita-cita menjadi penerima beasiswa, Fendi juga dengan murah hati berbagi tips praktis. Mulai dari memahami aspek-aspek kunci Beasiswa Australia Awards hingga menyusun rencana studi yang selaras dengan tujuannya, panduan dari Fendi akan menjadi sumber inspirasi. Simak episode ini untuk mendapatkan kiat dan strategi langsung dari ahlinya! Podcast tersedia di Spotify, Apple Podcasts, Google Podcasts, YouTube, dan website OzAlum.

Raissa Almira:

Dan dari ratusan pelamar yang mas pernah wawancaraitu, kira-kira apa sih yang kalian cari?

 *woosh*

 Fendi Liem:

Saya masih ingat ada satu kandidat itu dari Lampung dia baru bekerja kurang dari dua belas bulan,
 
Raissa Almira:

Oke, kurang dari setahun oke.

Fendi Liem:

Tapi dia bisa menjelaskan rencananya dengan baik.

*woosh*

Raissa Almira:

Mungkin apa ya, bisa ga sih kasih wejangan atau tips yang belum mas sebutkan sebelumnya ke pelamar di rumah?
 *intro*

Raissa Almira:

Hello OzListeners, selamat datang di OzAlum Podcast, sebuah podcast yang berisi 1001 cerita inspiratif mengenai alumni kita bersama aku, Raissa Almira, yang merupakan Alumni dari Australia Awards tahun 2021.

Temen-temen, ada yang spesial nih pada podcast hari ini, karena kita kedatangan langsung tamu secara tatap muka, Mas Fendi Liem. Halo mas!

Fendi Liem:

Terima kasih, Mbak Raissa.

Raissa Almira:

Mas Fendi Liem merupakan seorang alumni dari UNSW dan mas bisa nih sharing sedikit mengenai mas, misalnya apa yang dilakukan sekarang dan mas dulu juga kuliah jurusan apa saat di UNSW?

Fendi Liem:

Terima kasih, Mbak Raissa, terima kasih sudah mengundang saya.

Raissa Almira:

Yes.

Fendi Liem:

Sebetulnya saya salah satu penerima Beasiswa Australia Awards juga gitu, jadi saya sangat senang selalu terlibat, masih dilibatkan di acara AAI, podcast ini juga, 

dan saya sendiri adalah lulusan UNSW, University of New South Wales di Sydney.

Waktu itu saya menyelesaikan Bachelor of Computer Sciences walaupun sebetulnya saya mendaftar sebagai Bachelor of Electrical Engineer. Fokusnya adalah di solar PV, yang mana sangat relevan dengan apa yang saya lakukan sekarang.

Jadi sekarang ini kita ada perusahaan transisi energi atau energi bersih di bidang tenaga surya.

Raissa Almira:

Oke. Jadi sangat relevan ya mas.

Fendi Liem:

Benar, sangat relevan.

Raissa Almira:
Oke, selain itu, Mas Fendi juga merupakan penerima dari Alumni Awards kategori Innovation and Entrepreneurship di Australian Alumni of the Year tahun 2017. Itu gimana mas bisa jadi memenangkan awards ini?

Fendi Liem:

Terima kasih, dan itu sebetulnya masih relevan ke pertanyaan sebelumnya di mana saya belajar mengenai tenaga surya di UNSW, dan waktu saya kembali ke Indonesia, saya memulai sebuah perusahaan dan itu salah satu kriteria untuk penerima Entrepreneurship Awards atau kewirausahaan di Indonesianya. Dan saya sangat berterima kasih kepada pemerintah Australia melalui Kedutaan Australia di Jakarta yang telah memberikan pengakuan, itu semacam motivasi untuk kami berkembang lebih lanjut.

Raissa Almira:

Aku bisa ngebayangin sih mas, pasti bangga banget juga ya.

Fendi Liem:
Sangat, sangat bangga.

Raissa Almira:

Oke, dan hari ini kita akan ngomongin mengenai awardee apa sih yang kita cari, dan pas banget temen-temen karena Mas Fendi ini merupakan anggota dari Tim Seleksi atau Tim Seleksi dari Australia Awards, di mana mas itu seleksi di bagian berkas dan wawancara ya kalau ga salah mas?

Fendi Liem:

Betul iya.

Raissa Almira:

Untuk apa tuh mas, Master atau PhD atau?
 
Fendi Liem:

Untuk Master. Yes.
 
Raissa Almira:

Untuk Master, tapi podcast hari ini juga relevant untuk PhD juga ya mas?
 
Fendi Liem:

Betul, betul.

Raissa Almira:

Adakah perbedaan nih di sisi Master dan PhD?
 
Fendi Liem:
 
Ada. Mungkin kalau dari sisi Tim Seleksi nya sendiri, kalau untuk level PhD adalah yang lebih berpengalaman dan kalau untuk yang Master itu memang secara Tim Seleksi mulai dari level awal lah seperti saya, seperti itu dan yang dicari pun berbeda.

Kalau yang PhD sampai ada makalahnya, thesisnya, segala macem. Sedangkan kalau kita Master, kita cari lebih dari aplikasi, berkas dan wawancaraitu sendiri.

Raissa Almira:

Oke thank you Mas Fendi untuk perkenalannya. Kita langsung aja ke pertanyaan pertama.

Gimana sih ceritanya bisa jadi anggota Tim Seleksi dari Australia Awards ini?

Fendi Liem:

Oke, jadi sebelum jadi member Tim Seleksi, sebetulnya saya sudah mendapat kesempatan untuk menjadi Selection Panel, tapi di Studi Singkat. Kalau kita bicara Tim Seleksi ini untuk Awards yang Master degree atau PhD, jadi durasi yang lebih lama. Jadi saya memulai dari Studi Singkat dulu malahan, atau bahkan dari Special Scholarship. 

Waktu G20 yang hanya 10 orang, nah itu awal keterlibatan saya. 

Nah mungkin setelah dari sana dipercaya lagi untuk join ke Tim Seleksi begitu.

Raissa Almira:

Oke. Jadi dari tahun berapa tuh mas?

Fendi Liem:

Kalau dari Studi Singkat itu mulai dari 4-5 tahun yang lalu.
 
Raissa Almira:

Oke, uda lumayan ya.

Fendi Liem:

Betul. Tapi kalau Tim Seleksi, tahun lalu itu baru tahun pertama saya sebetulnya.
 
Raissa Almira:

Oke. Berarti kira-kira sudah berapa orang yang mas wawancarai?

Fendi Liem:

Tahun lalu itu, Kandidat untuk Master 120 orang, jadi kita itu betul-betul stay in a hotel dan kita bener-bener tiap hari itu harus wawancarasekian number of Kandidat. We actually spend like almost 15 days, 15 hari, 2 minggu just for that.

Raissa Almira:

15 days, just for that? Oke, wow banyak banget ya.
 Oke, dan dari ratusan pelamar yang mas pernah wawancaraitu, kira-kira apa sih yang kalian cari? What are we looking for actually?
 
Fendi Liem:

Oke, yang kita cari, jadi waktu kita menjadi bagian dari Tim Seleksi, memang sudah ada panduan yang diberikan oleh Australia Awards tentang apa yang menjadi prioritas.

Raissa Almira:

Oke, apa tuh? Boleh diceritakan?

Fendi Liem:

Iya, contohnya ada daerah prioritas dari provinsi tertentu yang memang jadi target scholarship tersebut ya. Kebanyakan ada di Indonesia Timur tetapi tidak harus di Indonesia Timur. Waktu tahun lalu ada juga dari Sulawesi, dari Sumatera juga dan ada juga dari sisi skill yang diperlukan atau aspek ya.

Setelah G20, ketahanan kesehatan, pemulihan ekonomi, itu salah satu topik yang memang dicari. Jadi itu yang diberikan guideline ke kita sebagai bagian dari Tim Seleksi.

Lalu dari member Tim Seleksi sendiri, kita juga improvisasi, apa yang kita cari.

Contohnya, kalau saya selalu mencari yang apa adanya.

Raissa Almira:

Apa adanya, oke.

Fendi Liem:

Yang apa adanya, yang memang intinya just be yourself waktu wawancaraitu dan kita bisa lihat itu, apa dampak dari scholarship itu kedepannya.

Raissa Almira:

Oke baik, selain apa adanya, apakah passion juga dinilai ya mas?

Fendi Liem:

Pastinya, passion itu paling terlihat waktu wawancara.

Jadi kalo kita bicara Tim Seleksi itu ada beberapa proses, sebelum wawancara itu ada seleksi dari aplikasi itu. Nah, seringkali kalau kita bicara seleksi dari aplikasi itu kan kita kurang bisa melihat ya, karena apapun itu tertulis hitam di atas putih.

Tapi waktu wawancara, seperti yang tadi Mbak Raissa sampaikan, itu kelihatan tuh passionate-nya, passion-nya bagaimana. Bagaimana dia bisa menjelaskan apa yang dia isi di aplikasi secara apa adanya dan passionate itu. Itu yang kita cari waktu di acara wawancara.
 
Raissa Almira:

Tapi ada pertanyaan nih mas yang sering muncul di Instagram ya. Seandainya ada pelamar yang bersemangat, tapi baru mulai nih mas, jadi belum begitu mentereng di CV nya, gimana soal itu?

Fendi Liem:

Sebetulnya mentereng itu relatif ya.

Raissa Almira:

Prestasi, umur, seperti itu.

Fendi Liem:

Iya. Kalau saya melihat itu relatif juga. Jadi malah kalau yang kita lihat adalah sebetulnya harus realistis juga ya.

Kalau kita bicara mengenai mentereng ataupun kandidat berprestasi ya, tapi yang ingin dicapai itu tidak realistis lah, misalnya ada beberapa kandidat yang ingin mengubah negeri. Kita bilang mungkin suatu hari tapi mungkin belum saat ini. Jadi kita harus memastikan itu terukur hasilnya dari kita memberikan beasiswa. 

Nah kalau kita bicara penghargaan, memang itu akan menjadi sesuatu yang bagus tapi tidak keharusan. Pengakuan itu penting, tapi rata-rata yang kita wawancara itu pasti sudah menerima sedikit banyak pengakuan, penghargaan. Mau di level kota, maupun di level nasional, bahkan internasional sekalipun.

Raissa Almira:

Oke, kebanyakan seperti itu ya mas. Seumpama sosok ini tuh berprestasi dalam departemen dia aja, dalam kantor, tapi ga lomba gitu. Apakah itu termasuk? Apa harus selevel nasional atau internasional?

Fendi Liem:

Tentu, bahkan dia ada mereka yang berprestasi di satu bidang tapi pengalaman saya mereka malah mau ambil aplikasi beasiswa di bidang yang bener-bener berbeda. Jadi kita tanya waktu di acara wawancara tersebut, kenapa tiba-tiba mau pindah jurusan nih?

Selama kandidat tersebut bisa menjelaskan dengan baik. Jadi pelajaran nih dari yang kita kerjakan selama ini ternyata saya tuh ingin mengerjakan ini, itu pun kita terima selama penjelasan itu masuk akal.

Raissa Almira:

Jadi bisa pindah ya kalo ada penjelasan logisnya. Oke.

Dan Australia Awards itu menerima 'fresh graduate' nih mas, tapi kan masalahnya mereka belum kerja nih, mungkin juga belum wow banget prestasinya. Terus apa nih yang mereka show? Dari KKN kah atau dari lomba kah? Boleh ceritakan buat temen-temen di rumah yang baru lulus yang lagi mau daftar.

Fendi Liem:

Yes. Nah itu menarik karena tahun lalu waktu saya di JST, memang ada beberapa lulusan baru yang akhirnya kita terima, yang kita berikan. Saya masih ingat ada satu kandidat itu dari Lampung, dia baru bekerja kurang dari dua belas bulan, tapi dia bisa menjelaskan rencananya dengan baik.

Tapi memang waktu itu kita gali lebih ya karena kita ingin tau nih apakah hanya sebatas teori tapi apakah memang bener-bener punya perencanaan yang sudah bagus, sudah matang, gitu.

Dan akhirnya, kabar baiknya beliau menjadi salah satu penerima beasiswa. Saya masih ingat dia bekerja di perkebunan di Lampung.

Raissa Almira:

Oke oke, artinya bisa aja ya mas, mungkin lebih digali aja biar lebih tau intinya apa. Oke baik, tadi kita uda ngomongin orang-orang yang diterima nih mas, yang luar biasa.

Kalau seumpamanya pernah ga sih mas mewawancarai orang-orang yang, aduh berkasnya bagus tapi pas wawancara ternyata seperti ini, nah mungkin apa sih poin-poin yang bisa mas bagikan ke temen-temen semua yang sekiranya bisa buat mereka tau jangan melakukan ini saat wawancara. Apa nih mas tips-tipsnya? Yang boleh dan ngga bolehnya?

Fendi Liem:

Ya, pertama, sesederhana menjadi diri sendiri dan pastikan Anda sudah menyiapkan diri dengan baik, penampilan itu penting, dan jangan datang itu terlalu mepet. Sebenarnya sederhana, tapi ada kandidat yang datang tuh mepet ya, karena kalau datang mepet, persiapan kurang juga.

Raissa Almira:

Ah, grusak-grusuk gitu ya?

Fendi Liem:

Betul, dan tipe-tipe Tim Seleksi itu kan tiga orang, dua orang dari Indonesia, satu orang dari Australia. Walaupun kita bikin kondisi senyaman mungkin, kita perkenalkan masing-masing dari kita siapa, latar belakang kita apa, itu untuk memulai sesinya supaya nyaman. Nah setelah nyaman, kandidat tersebut juga bisa nyaman untuk memulai.

Tapi yang penting satu, harus bersiap dengan baik dan kedua harus bener-bener mengerti apa yang ditulis waktu mereka apply berkasnya. Tidak jarang tuh kita ketemu kandidat yang apa yang disampaikan agak berbeda dari aplikasinya. Kita ga tau apa karena gugup kali, begitu.

Ada juga yang terlalu dipersiapkan, jadi kita tanya apa, dia ngomongnya seperti skrip banget gitu. Jadi malah kita melihat itu malah sesuatu hal yang bukan kita cari.

Tapi ada yang nervous tapi dia bisa kembali ke jalur lagi, itu gapapa.

Dulu ada yang nervous tuh, ada minum, kita bilang ya sudah minum dulu gitu. 

Saya masih inget banget itu satu kandidat perempuan, mungkin saking nervous-nya ya, waktu itu minum kita berikan ada botol air dan gelas ya, dia udah ga lihat gelasnya lagi tuh, dia buka botol airnya, dia langsung minum aja gitu di depan kita. Tapi kita malah ketawa juga, kita paham.

Raissa Almira:

Oh iya, jadi mencairkan suasana juga. Oke. Baik mas.  Nah mungkin kalau tadi itu wawancara kan ya mas, mungkin kalau mas juga menyeleksi berkas ga atau hanya wawancara nih?

Fendi Liem:

Nah, kalau kita sebetulnya mulai dari berkas. Tahun ini saya diminta mulai dari berkas. Berkas itu dialokasikan 5-10 hari. Jadi dari situ kita seleksi yang masuk untuk wawancara tahap berikutnya, baru kita panggil.

Raissa Almira:

Mungkin yang boleh dan ngga boleh untuk berkas dulu kali ya, apa nih kira-kira mas?

Fendi Liem:

Kalau dari saya sebetulnya harus yang jelas aja, langsung ke poinnya aja. Pastikan kita baca dulu, apa sih target dari Australia Awards tahun ini?

Dari situ nanti mereka bisa jawab dengan jawaban yang relevan, begitu. Tapi kadang-kadang kita lihat mereka kurang membaca dengan seksama tuh dari tahun ini. Nah dari situ, kalau sudah bisa ketemu jawaban yang relevan, ga perlu panjang lebar selama sudah sesuai dengan minimumnya berapa.

Raissa Almira:

Oke, so jadi nulis ceritanya tuh tentang apa yang kita cari ya?

Fendi Liem:

Tepat sekali.

Raissa Almira:

Oke, dan tahun ini apa sih mas, inget ga?

Fendi Liem:

Tahun ini Ketahanan Kesehatan, lalu Stabilitas, dan Economic Recovery masih dan kita lihat akan tetap menjadi salah satu prioritas ya.

Raissa Almira:

Oke, dulu kan pas saya wawancaratuh lagi Covid ya, jadi online. 

Kalau sekarang itu gimana tuh mas sistemnya?

Fendi Liem:

Panggil saya kuno ya, tapi kalau saya lihat sesi wawancara itu sebaiknya offline.

Raissa Almira:

Offline ya, nanti juga offline ya tahun ini?

Fendi Liem:

Tahun ini offline iya, tahun lalu pun sudah offline.

Raissa Almira:

Oh sudah offline ya? Saya dua tahun yang lalu soalnya. Ketinggalan zaman.

Fendi Liem:

Tahun lalu sudah offline. Jadi kita offline, kita ada satu ruangan, tim seleksi itu ada tiga, kebetulan saya wawancara untuk yang Master, lalu di seberang meja nanti ada kandidatnya, lalu kita 45 menit biasanya alokasikan.

Raissa Almira:

Oh, 45 menit ya? Oke. Itu kaya berbarengan mereka mengantri gitu ya untuk wawancara? Ada alokasi waktunya?

Fendi Liem:

Ya, tapi biasanya mereka menunggu di luar. Kita panggil satu per satu.

Raissa Almira:
Baik, udah kaya kerja ya. Oke.

Dan itu kan untuk wawancara sendiri, kalau bisa Bahasa Inggris ya, karena ada orang Australia, tapi tuh banyak orang yang takut tiba-tiba belibet jadinya keluarnya Bahasa Indonesia tuh boleh atau ngga tuh mas?

Fendi Liem:

Itu sebetulnya sering terjadi, walaupun kita harapkan ga terlalu sering ya, tapi kita juga paham, mungkin gugup juga. Tapi intinya selama bisa kembali ke jalur lagi, Bahasa Inggris lagi. Karena sekali lagi kan ada satu panelis yang memang dari Australia, walaupun bagusnya Australia Awards ini rata-rata panelis dari Australia itu mereka bisa mengerti Bahasa Indonesia tapi alangkah lebih baiknya kalau memang daripada nanti ada penerimaan yang salah, tetap menggunakan Bahasa Inggris.

Raissa Almira:

Oke baik. Mungkin ini pertanyaan di luar yang saya siapkan tapi baru kepikiran aja mas.

Kan nanti saat kita PDT di Bali itu durasinya sesuai sama hasil IELTS kita, ya kan? 

Itu pada mikir berarti saya gapapa dong IELTS nya tidak bagus, kan bisa di Bali lama jadi wawancaranya campur aja. 

Itu gimana tuh mas?

Fendi Liem:

Itu menarik sebetulnya ya. Sebetulnya kalau kita lihat ada beberapa daerah prioritas yang tadi kita diskusi di awal ya, itu memang ada yang kita bisa toleransi lah untuk IELTS-nya. 

Jadi memang ada beberapa daerah yang memang kita rasa di sana, infrastruktur untuk bahasa kurang bagus, kita bisa toleransi. Tapi jangan terima semata-mata seperti itu ya karena kita ga pernah tahu nih tiba-tiba nanti tahun itu semuanya bagus.

Raissa Almira:

Iya, bagus semua gitu ya? Oke. Jadi kalau bisa ya pakai Bahasa Inggris sama dimaksimalkan IELTS-nya karena kita ga tahu ya lawannya sejago apa. 

Pada akhirnya ini adalah kompetisi soalnya.

Oke. Sebelum kita ke pertanyaan terakhir nih mas, ada pertanyaan yang ditunggu-tunggu oleh awardee, coba bisa share dikit nih mas, awardee yang sangat briliant di berkas dan juga wawancara, sosok bagaimana yang wow pasti keterima gitu? Boleh diceritakan mas.

Fendi Liem:

Mungkin kalau yang saya paling ingat ya dari tahun lalu itu ada, dan lebih dari satu kandidat. Jadi dimana kandidat tersebut menggunakan tantangan hidupnya, personal. 

Jadi mereka ada keterbatasan ya, maupun itu ekonomi atau non-ekonomi, tapi kandidat tersebut menggunakan keterbatasan itu menjadi dorongan dia untuk mendaftar atau mendapatkan Australia Awards ini. 

Bahkan waktu sesi wawancara pun, kandidat tersebut sampai berusaha untuk tidak berhenti, sampai kita pun Tim Seleksi juga sangat mendukung dia. Semoga ga pecah fokusnya dan akhirnya pun waktu dia sempet agak berhenti pun, dia cuman jeda beberapa detik, akhirnya dia kembali lagi. Nah, itu kita melihat tidak hanya semangat ya tapi sangat apa adanya tuh.

Dan yang kedua, tidak hanya untuk keuntungan dia sendiri, jadi ada dua kata penting kalau saya boleh bagikan. Yang pertama itu kepemimpinan harus ada. Jadi dari kandidat tersebut kita melihat kepemimpinannya.

Yang kedua, dia itu juga merupakan agen perubahan. Nah itu agen perubahan itu yang penting, karena dampaknya ga hanya untuk yang bersangkutan diri sendiri.

Jadi kita melihat ini kandidat yang bener-bener luar biasa. Jadi intinya dia mengatakan, keterbatasan saya ini tapi jika saya mendapatkan Australia Awards, saya berharap orang-orang yang tadinya di posisi saya, saya bisa bantu.

Oh itu kita bertiga bener-bener sampai aduh kita jangan sampai apa namanya, dan itu betul-betul itu namanya sesuatu yang tidak bisa dibuat-buat.

Raissa Almira:

Iya, itu ga bisa. Apa adanya.

Fendi Liem:

Itu sangat-sangat apa adanya, ya.

Raissa Almira:

Oke, mungkin contoh lain mas, selain semangat and apa adanya, mungkin? Mungkin pengetahuan, mungkin di sisi sudah tau nih saya mau jurusan apa? Bicara soal otak, bukan hanya hati. Ada contoh?

Fendi Liem:

Yang kedua itu yang sangat-sangat saya ingat ya, beliau mempersiapkan diri dengan baik. Jadi itu yang paling penting. 

Jadi Australia Awards kan kita harus tau memang ini salah satu kriterianya juga adalah bagaimana bisa dikembangkan atau ditingkatkan atau membawa hubungan bilateral Australia-Indonesia itu lebih baik lagi, sekarang sudah baik ya.

Jadi kandidat tersebut sudah tau nih apa yang di Australia itu sudah terlatih. Jadi dia sudah melakukan risetnya nih.

Raissa Almira:

Riset ya. Riset sebelumnya.

Fendi Liem:

Nah itu yang kita cari, jadi waktu sesi interview itu ya kita tanya sebetulnya, mau daftar di mana. Nah kalau kandidat tersebut bisa menyampaikan nih, saya mau ke universitas sekian, bahkan kandidat tersebut sudah tau saya ingin belajar dari profesor ini. 

Nah itu kan kita melihat berarti sudah serius nih, bahkan ada yang sudah berkorespondensi.

Raissa Almira:

Udah ya, padahal Master, bukan PhD.

Fendi Liem:

Bukan, ini Master.

Raissa Almira:

Padahal kan PhD aja ya harusnya yang dia uda selevel itu ya mas.

Fendi Liem:

Yes betul.

Raissa Almira:

Oke. Mungkin pertanyaan terakhir nih mas, mungkin bisa ga kasih wejangan atau tips yang mas belum sebutkan sebelumnya ke pelamar di rumah?

Fendi Liem:

Baik. Kalau dari saya sebetulnya sebagian besar sudah kita diskusikan tadi, jadilah diri sendiri dan yang paling penting harus memiliki kemampuan kepemimpinan dan menjadi agen perubahan. Jadi jangan hanya keuntungan apa yang didapat pribadi gitu. 

Sebetulnya ada beberapa kandidat yang tidak kita proses lebih lanjut karena walaupun secara akademik, secara prestasi, penghargaan sudah banyak ya, tapi ruang lingkup yang dia sampaikan hanya ini akan bagus untuk saya.
 
 Raissa Almira:

‘Me me me’ ya?

Fendi Liem:

‘Me me me ‘dan perusahaan saya atau organisasi saya begitu. Nah itu yang kita sebetulnya ingin gali lebih.

Itu yang paling penting, jadi kalau menurut saya, pembelajaran dari tahun lalu, ada beberapa kandidat bagus yang kita ga lanjutkan itu karena parameter itu.

Raissa Almira:

Terlalu mementingkan diri sendiri, kah?

Fendi Liem:

Mungkin juga, mungkin juga lupa menyampaikan.

Raissa Almira:

Ah lupa menyampaikan ya buat orang lain juga gitu ya?

Fendi Liem:

Dan kita sebagai panelis kadang membantu loh Mbak Raissa, membantunya intinya kalau katakanlah belum dijawab gitu ya, kita kasih pancingan gitu. Nah kalau ibaratnya dilanjut, nah berarti tadi hanya lupa tapi kalau memang ga dilanjut berarti belum jadi prioritasnya.

Raissa Almira:

Oke baik. Tadi ngomongin kepemimpinan nih mas, sebelum saya tutup ya. Kan kuliah di sana juga ga mudah ya, mas sudah pernah mengalami, saya juga merasa kepemimpinan ini juga bukan mengenai menjadi pemimpin orang lain tapi juga diri kita sendiri ya karena harus banyak motivasi karena susah kuliah di sana.

Jadi mungkin satu hal yang temen-temen sering terlewat, karena ini semua ngga mudah maka temen-temen harus punya motivasi yang kuat untuk memimpin diri sendiri juga ya mas, di antara orang lain.

Nah itu dia pertanyaan terakhir aku untuk podcast kali ini. Terima kasih banyak, Mas Fendi, sudah datang.

Fendi Liem:

Thank you Mbak Raissa for having me today. Thank you.

Raissa Almira:

Ya dan aku yakin jawaban beliau sudah menjelaskan banyak banget pertanyaan dari temen-temen semua. 

Sebelum berpisah, aku mau ngucapin semoga berhasil, aku doakan dan dukung teman-teman semua dan temen-temen jangan lupa untuk cek situs webnya Australia Awards Indonesia di sini, karena di situ ada semua informasi yang temen-temen perlu tau.Selain itu, jangan lupa untuk ikuti media sosialnya Kedubes dan Konjen Australia. 

Oke temen-temen, terakhir, Australia Awards in Indonesia akan mengadakan sayembara untuk 5 orang pemenang. Caranya gimana? Gampang banget.

Cuma bagikan podcast ini ke social media X ataupun Instagram Story ataupun Feed dengan mention Kedubes Australia dan jangan lupa pakai hashtag #OzAlumPodcast.

Kita akan pilih pemenangnya siapa dan kirim hadiahnya. Oke, terima kasih banyak dan semoga berhasil!

*outro*